Jangan Banyak Bicara

Lidah secara fisik hanya pendek dan lunak. Bahkan sudah "dipenjarakan" di dalam mulut dan dibatasi oleh barisan gigi yang kokoh dan kuat. Namun begitu, masih saja lidah ini sewaktu-waktu menjadi bahaya laten. Ternyata dia bisa lebih panjang dari jalanan yang ada. Statemen yang keluar diterbangkan ke mana-mana. Terkadang masih terus diabadikan, bahkan ketika pemilik lidah itu tiada. Ketajamannya juga bisa melebihi mata pisau. Karena lidah, korban bisa berjatuhan. Meninggalkan luka berkepanjangan. Bahkan melahirkan pendendam dan orang-orang yang sakit hati. Lidah juga bisa lebih berbisa dari ular yang lebih berbisa sekalipun.

Betapa banyak orang tidak menyadari, alangkah banyak dosa yang telah dikoleksi melalui lisannya. Lebih dari itu, tak jarang kehancuran seseorang terjadi karena kurang hati-hatinya dalam menyusun kata-kata di atas lidahnya, karena terlalu banyak bicara akan mengakibatkan kemampuan otak menurun, membuatnya lemah, sehingga kata-katanya keluar begitu saja tanpa kontrol dari si pembicaranya. Padahal, ucapan apa pun yang kita ucapkan, baik yang diucapkannya itu baik ataupun busuk, semuanya tercatat, semuanya terekam oleh malaikat pencatat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Allah SWT dalam beberapa firmanNya :

"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf (50) : 18).

Dan di dalam surat yang lain Allah SWT berfirman, "Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Infithar (82) : 10-12).

"Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepada kalian dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang kalian telah kerjakan." (QS. Al-Jatsiyah (45) : 29).

Dari ayat-ayat di atas, kita akan sadar dan mengerti bahwa kalau kita banyak bicara untuk hal yang tidak berguna, maka akan menjerumuskan kita sendiri ke dalam dosa yang amat besar yang semuanya tercatat dalam buku catatan malaikat yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk mencatat apa-apa yang kita ucapkan dan kita kerjakan. Maka alangkah baiknya kalau kita menyadari hal tersebut dan menjaga apa-apa yang kita ucapkan sebaik mungkin, sehingga apa-apa yang keluar dari lisan kita adalah kata-kata yang baik dan bermanfaat.

Dan alangkah baik sekali kalau kita memperhatikan atau belajar dari Rasulullah SAW. Bagaimana Rasulullah SAW dalam berbicara. Untuk itu, coba kita perhatikan ucapan Anas RA, yang berbicara mengenai Rasulullah SAW. Anas RA berkata bahwa, "Tidaklah aku menyentuh sutera yang lebih halus daripada telapak tangan Rasulullah SAW dan juga tidak pernah mencium bau yang lebih wangi daripada bau Rasulullah SAW. Sungguh aku telah melayani Rasulullah SAW selama sepuluh tahun. Beliau sama sekali tidak pernah berkata kepadaku 'hus', juga tidak pernah menanyakan sesuatu yang telah kulakukan, 'Kenapa kamu melakukannnya?' dan juga tidak pernah mengucapkan kepada apa yang tidak kulakukan, 'Tidakkah kamu melakukan hal ini.'." (HR. Mutafaq 'Alaih).

Betapa indah ucapan tersebut, yaitu ucapan seorang Nabi SAW. Beliau tidak pernah berkata melainkan sesuatu yang baik. Coba lihat mulut kita ini beserta kesalahan yang diperbuatnya. Barangkali kita mengucapkan kata "hus" yang telah dijauhi oleh Rasulullah SAW. Sungguh kita tidak bisa hidup tanpanya, sebuah kalimat yang diucapkan tanpa dosa. Kemudian perkataan, "Tidaklah kamu melakukan hal ini?" Itu adalah kalimat yang sangat ringan di mulut, yang sudah biasa diucapkan banyak orang dan tidak pernah ditinggalkannya.

Maka, lihatlah keadaan kita ini agar kita bisa memperbaikinya, dan perhatikanlah mulut kita ini untuk mematuhi tata krama. Ketahuilah bahwasannya Rasulullah SAW adalah figur yang banyak diam sebagaimana sabda beliau berikut ini,
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ia harus mengatakan yang baik atau (lebih baik) diam." (HR. Bukhari dan Muslim).

Setelah penjelasan ini, apakah kita akan menjadi orang yang banyak bicara? Apakah kita ingin catatan buku kita di hari akhirat penuh dengan isu dan kesia-siaan? Apakah kita ingin catatan buku kita menjadi hitam dengan catatan gunjingan dan cacian terhadap orang lain? Banyak bicara akan menyebabkan kita kesulitan dalam menghadapi hari penghitungan. Banyak bicara menghilangkan wibawa. Banyak bicara akan menghilangkan ketenangan dan ketentraman. Banyak bicara membuat orang tidak mampu mengingat apa yang mereka dengar. Mereka hanya ingat sebagian dan lupa sebagian.

Oleh karena itulah, ucapan-ucapan Rasulullah SAW sangat ringkas dan padat. Ketika Rasulullah berkata-kata, jika ada orang yang hendak menghitung kata-katanya, pasti dia dapat menghitungnya. Maka, sekali lagi camkanlah sabda beliau ini, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ia harus mengatakan yang baik atau (lebih baik) diam."

Wallahu a'lam.

2 komentar:

andrioyee 2 Desember 2008 pukul 12.04  

Sekedar Melengkapi:

Bagi mereka yang tidak memiliki sesuatu yang bernilai untuk dikatakan, diam adalah penyelamat yang baik. Tetapi, di hadapan mereka yang menikmati kemenangan atas kelemahan orang lain-diam adalah tanda kebodohan yang bisa diambil keuntungan darinya.

Maka meskipun diam itu emas, berhati-hatilah dalam memilih kepada siapa Anda diam, tentang hal apa Anda diam, kapan saat Anda diam, dan cara yang Anda gunakan untuk diam.

Bila penguasaan bahasa Anda dinilai dari kefasihan Anda dalam menggunakan kata-kata dan tata olah bicara, mohon Anda ingat bahwa Anda juga dinilai dari kefasihan Anda dalam menggunakan tidak adanya kata. Dengannya, hanya diam saja -tidak cukup untuk mencapai kualitas keemasan pribadi kita.

Fasih berbicara adalah juga fasih untuk tidak berbicara

NURANI 4 Desember 2008 pukul 11.56  

melangkah bersama angin tapi tak terhempas bersama serpihan debu, ibarat mereka yang berjuang dengan istiqomah dijalan ALLAH

Diamnya Dzikir, dan renungan untuk mencari solusi diantara kolusi, korupsi dan resesi

Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan. Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini, selain rasa cinta yang telah mengharu-biru hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami. Sungguh, kami berbuat di jalan Allah SWT untuk kemaslahatan seluruh manusia, lebih banyak dari apa yang kami lakukan untuk kepentingan diri kami. Kami adalah milik kalian wahai saudara-saudara tercinta. Sesaat kami tak akan pernah menjadi musuh kalian. [Hasan Al-Banna]




Hidup mengajari kita tentang makna bersyukur di fajar hari, juga tentang kerja keras di terik siang, tersenyum saat senja menjelang, serta merasa damai ketika terlelap dalam malam. DIA tahu lelahnya ragamu hari ini, DIA juga tahu berkurangnya jatah bersantai yang harus kau nikmati. DIA sangat tahu, bahkan lebih dari yang kau tahu, tapi kau harus tetap tersenyum, karena ternyata senyummu telah terbalas oleh-Nya.




Jangan memandang sebelah mata mereka yang saat ini terlarut dalam lalai, karena kita tak pernah tahu, esok atau lusa justru mereka lebih mulia di antara kita. Jangan berhenti berdoa dan saling mengingatan. Jangan pernah pandang sebelah mata mereka yang terbatas ilmunya, karena kita tak pernah tahu, justru merekalah yg paling banyak amalnya diantara kita. Sesungguhnya ilmu tanpa amal bagai petir yang tak menghasilkan hujan. Jangan berhenti untuk belajar dan beramal. Sesungguhnya bukan mata itu yang buta tapi hati yang ada di dalam dada. Selamat melepas pakaian kesombonganmu. Selamat mencintai siapa pun karena Allah.




Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan saudara tanpa harga. Alangkah nikmatnya tautan hati yang terjalin nyaris tanpa kusut, mengalir sempurna ibarat air dari ketinggian, tak peduli panas atau hujan. Walau ia bukan sosok yang sempurna tapi ia akan tetap mengalun sesuai melodinya. Tanpa cela, tanpa noda, tulus dengan ketulusannya serta indah dengan segala keindahannya. Semoga ukhuwah ini tetap terjaga sampai ke jannah-Nya.




Yaa Rabb, sesungguhnya Engkau yang menggerakkan hati mereka untuk mencintaiku, maka kuatkan dan tetapkanlah hatiku agar tak lalai akan cinta-Mu. Yaa Rabb, sesungguhnya Kau yang mengirimkan mereka sebagai pelindungku, maka kuatkan langkahku untuk teguh memegang agama-Mu. Yaa Rabb sesungguhnya Kau yang memberikan waktu untukku, maka ingatkanlah aku bahwa kematian akan datang menemuiku kapan saja. Yaa Rabb, jika malam ini napasku berhembus tak kan ku dustakan cinta-Mu, tak kan ku lalaikan amanah dari-Mu dan tak kan ku siakan waktu dari-Mu. Maka ampuni aku yaa Rabb. Dan jika esok Kau masih berkenan kembali membangunkanku, tolong tegur aku untuk tetap teguh berjuang hanya untuk-Mu.
100 Blog Indonesia Terbaik

Arrahmah.Com

Award Pertama

Isi ini yaa..!!!


ShoutMix chat widget