Tampilkan postingan dengan label Artikel Islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Islami. Tampilkan semua postingan

Istrimu Bukan Pembantu

Beberapa waktu lalu, saya membaca artikel dari teman facebook yang membuat saya mengerti akan apa artinya tanggung jawab dan keikhlasan. Menurut teman saya yang telah mendengarkan pengajian shubuh di salah satu siaran TV swasta beberapa tahun lalu yang isi dari ceramah tersebut adalah tentang diantara kewajiban seorang suami adalah memberikan nafkah kepada keluarga berupa sandang, pangan dan papan (tempat tinggal)

Berikut adalah penjabaran mengenai isi ceramah yang beliau ikuti di pengajian shubuh tersebut :

1. Sandang, seorang suami berkewajiban memberikan sandang kepada keluarga tentu sandang/pakaian yg sesuai syariat. Nah, tentu sang istri atau anak menginginkan setiap kali diberi nafkah sandang selalu dalam kondisi bersih. Kalau suami harus membelikan pakaian yang baru setiap hari untuk keluarga tentu hal ini akan berat, jadi agar pakaian yg dinafkahkan ke keluarga menjadi bersih, maka harus diCUCI, jadi kesimpulannya MENCUCI adalah kewajiban SUAMI.

2. Pangan, tentu keluarga jika diberi nafkah oleh seorang kepala keluarga (suami) menginginkan makanan yang matang bukan makanan mentah, agar makanan tersebut matang maka harus dimasak, jadi MEMASAK adalah kewajiban seorang SUAMI.

3. Papan (Membersihkan rumah), seorang istri dan anak jika diberi nafkah oleh seorang suami atau ayah tentu menginginkan rumah yang bersih, maka MEMBERSIHKAN RUMAH adalah kewajiban SUAMI. (Serentak Bapak2 cemberut, xixixii...)

Sang Ustadz bertanya kepada ibu2, "Buu... Ibu pengen masuk surga?"
Lalu dijawab serentak "Ingiiiiiiiinnnnn".
Baik saya beri jalannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda : "Jika seorang istri mau memasak untuk suami dan keluarga, mau mencucikan pakaian suami dan keluarga, dan mau menjaga rumah, maka akan dibukakan 7 (tujuh) pintu surga baginya."

Dari 3 kewajiban ini bisa menjadikan suatu keharmonisan dalam rumah tangga.
Ketika suami melihat pakaian kotor, sang suami berkata : "Ohh... Ini kewajibanku menafkahi sandang yang bersih"

Dan ketika sang istri melihat pakaian kotor, ia pun berkata "Oh... Ini ladang surga"
Akhirnya baik suami atau istri mencuci bersama dengan niat yang ikhlas.

Ketika nabi Muhammad SAW pulang ke rumah kemudian tidak dijumpainya makanan, maka tanpa berkata apa2 beliau langsung menyingsingkan lengan bajunya untuk memasak.
Dirumah banyak ladang amal, surganya wanita adalah dirumah, ada kesempatan, jangan kesempatan ini kita berikan semuanya kepada pembantu/khadimat.

Kalau pun saat ini ibu-ibu melakukannya, niatkan ibadah dan jangan lupa, lakukan dengan ikhlas. Walau sebenarnya itu bukan kewajiban. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang teramat besar buat para ibu sekalian.


Selengkapnya....

Kesempurnaan

Seorang murid bertanya pada gurunya:
“Guru, saya tahu bahwa Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna karena hanya manusia yang dikaruniai nafsu, akal, dan hati dalam satu tubuh. Yang ingin saya tanyakan, kesempurnaan apalagi yang ada pada manusia?”

Sang guru menjawab:
“Saudaraku, tak perlu kau memikirkan yang terlalu rumit. Karena banyak hal-hal sederhana di sekelilingmu yang bisa menjelaskan pertanyaanmu. Bukankah Allah berfirman bahwa jika kau ingin mengenalNya, kau harus mengenal dirimu sendiri terlebih dulu.

Lihatlah dirimu. Bukankah Allah meletakkan otak lebih tinggi daripada mata? Itu berarti kau harus lebih banyak berpikir daripada melihat. Berapa banyak ayat yang difirmankan Allah yang menyebutkan bahwa mengapa manusia tidak berpikir, atau menyebutkan bahwa kebesaran Allah hanya dipahami oleh orang yang berakal.

Lihatlah dirimu, mata lebih tinggi daripada telinga. Itu berarti kau harus lebih banyak melihat daripada mendengar. Bukankah banyak ayat yang difirmankan Allah bahwa banyak manusia yang tidak melihat kebesaran Allah. Atau lihatlah langit apakah kau melihat ada retak?

Lihatlah dirimu. Mulutmu terletak lebih rendah daripada telinga. Itu berarti kau harus lebih sedikit berbicara, lebih banyak mendengar. Karena mulut adalah sumber penyakit, baik fisik maupun hati. Lebih baik kau mendengar nasehat orang atau mendengar lantunan ayat Al-Quran. Atau gunakanlah mulutmu untuk berdzikir, atau membaca Al-Quran, atau untuk saling menasehati.

Itulah sebabnya mengapa kepala berada di posisi paling tinggi, dan nafsu berada di posisi paling rendah. Di antaranya ada hati yang bolak-balik antara kefasikan dan ketakwaan. Maka gunakanlah hatimu untuk memahami ayat-ayat Allah jika kau ingin menjadi hambaNya yang bertakwa. Maka manakah yang akan kau pilih, berjalan tegak dengan kepala di atas, sesuai dengan fitrah manusia, dengan banyak menggunakan akalmu ataukah berjalan dengan kepala sejajar dengan nafsumu, seperti binatang ternak, karena kau mengutamakan nafsumu daripada akalmu?”

Maka sang murid pun menunduk dan menyadari bahwa selama ini tak pernah terpikirkan olehnya mengapa kepalanya berada di posisi paling tinggi, dan nafsunya berada di posisi paling rendah.

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tapi) tidak digunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tapi) tidak digunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” [QS. Al A'raaf:179]

Selengkapnya....

Mensyukuri Yang Sedikit

Orang yang tidak pernah memuji Allah atas nikmat air dingin yang bersih dan segar, ia akan lupa kepada-Nya jika mendapatkan istana yang indah, kendaraan yang mewah, dan kebun-kebun yang penuh buah-buahan yang ranum.

Orang yang tidak pernah bersyukur atas sepotong roti yang hangat, tidak akan pernah bisa mensyukuri hidangan yang lezat dan menu yang nikmat. Orang yang tidak pernah bersyukur dan bahkan kufur tidak akan pernah bisa membedakan antara yang sedikit dan yang banyak. Tapi ironisnya, tak jarang orang-orang seperti itu yang pernah berjanji kepada Allah bahwa ketika nanti Allah menurunkan nikmat kepadanya dan menyirami mereka dengan nikmat-nikmat-Nya maka mereka akan bersyukur, memberi dan bersedekah.

Dan, di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS At-Taubah: 75-76)

Setiap hari kita banyak melihat manusia model ini. Hatinya hampa, pikirannya kotor, perasaannya kosong, tuduhannya kepada Rabbnya selalu yang tidak senonoh, yang tidak pernah memberi karunia yang besarlah, tidak pernah memberinya rezkilah, dan yang lainnya. Dia mengucapkan itu ketika badannya sangat sehat dan serba kecukupan. Dalam kemudahan yang baru seperti itu saja, dia sudah tidak bersyukur. Lalu bagaimana jika harta yang melimpah, rumah yang indah, dan istana yang megah telah menyita waktunya? Yang pasti dia akan lebih kurang ajar dan akan lebih banyak durhaka kepada Rabbnya.

Orang yang bertelanjang kaki, karena tidak punya alas kaki mengatakan, “Saya akan bersyukur jika Rabbku memberiku sepatu.” Tapi orang yang telah memiliki sepatu akan menangguhkan syukurnya sampai dia mendapatkan mobil mewah.

Kurang ajar sekali. Kita mengambil kenikmatan itu dengan kontan, namun mensyukurinya dengan mencicil. Kita tak pernah bosan mengajukan keinginan-keinginan kita, tapi perintah-perintah Allah yang ada di sekeliling kita lamban sekali dilaksanakan. (Aidh Al-Qarni)

Wallahu'alam Bis Showab

Selengkapnya....

Cinta Mereka Yang Luar Biasa

Salman Al-Farisi demi cintanya kepada kebenaran. Ia rela mencari agama yang sanggup mencerahkan pikiran dan mengobati kegundahan jiwanya. From Persia With Love. Boleh dibilang Salman al-Farisi begitu. Sebab, dengan cinta di dada untuk mencari kebenaran, beliau rela jauh-jauh dari Persia berkelana sampe terdampar di Madinah. Bertemu Rasul dan masuk Islam. Kecintaannya kepada Islam mengalahkan kepercayaannya sebagai kaum penyembah api dan manusia. Yes, Salman meninggalkan agama Majusi dan Nashrani.

Kenal dengan Mush’ab bin ‘Umair? Duh, sahabat Rasulullah saw. yang satu ini ridho meninggalkan istana megahnya demi cinta kepada Islam. Rela mencampakkan pakaian indah dan gelimang harta. Islam, mampu menenggelamkan segala kenikmatan dunia lainnya. Mush'ab bin ‘Umair adalah orang pertama yang diutus Rasulullah saw. untuk membacakan Al-Quran, mengajarkan Islam, dan memberi pemahaman agama kepada masyarakat Madinah. Mush'ab menemani 12 orang laki-laki Madinah setelah Bai'at ‘Aqabah pertama. Alhamdulillah, Islam kemudian tersebar cepat di Madinah hanya dalam kurun waktu tiga tahun, hingga membuat Rasulullah saw. gembira dan memikirkan untuk hijrah ke sana sekaligus menerapkan Islam sebagai ideologi negara. Subhanallah...

Begitulah jika cinta sudah terpatri kuat di hati. Islam memang layak kita cintai, kita bela, dan kita perjuangkan. Drama kehidupan bersama Islam yang dimainkan para sahabat Rasulullah saw. dalam membela Allah, Rasul-Nya, dan tentunya juga Islam sungguh sangat mengagumkan. Suatu ketika Zaid bin Datsinah bersama lima sahabat lainya diutus Rasulullah menemani sekelompok kecil kabilah untuk mengajarkan Islam ke kabilah yang bertetangga dengan Bani Hudzail tersebut. Waktu itu, negara Islam sudah berdiri. Kejadiannya pasca Perang Uhud. Sayangnya, enam utusan Rasulullah saw. itu dikhianati. Tiga di antaranya syahid. Tiga lagi menjadi tawanan dan dijadikan budak untuk dijual (termasuk Zaid bin Datsinah). Waktu itu, Zaid hendak dibeli oleh Shafwan bin Umayyah, untuk kemudian dibunuh sebagai balasan atas kematian ayahnya, Umayyah bin Khalaf yang tewas di tangan kaum Muslimin saat Perang Badar.

Zaid ditanya oleh Abu Sufyan: “Hai Zaid, aku telah mengadukanmu kepada Allah. Sekarang, apakah engkau senang Muhammad berada ditangan kami menggantikan tempatmu, lalu engkau memenggal lehernya dan engkau kembali kepada keluargamu?”

“Demi Allah!” jawab Zaid lantang, “Aku tidak rela Muhammad menempati suatu tempat yang akan dihantam jerat yang menyiksanya, sementara aku duduk-duduk dengan keluargaku.” Abu Sufyan sangat terkesan dengan kata-kata Zaid. Bibirnya menyungingkan senyuman sinis sambil berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang mencintai sahabatnya seperti kecintaan sahabat-sahabat Muhammad.” kata Abu Sufyan geram ditengah kekagumannya. Kemudian, Zaid pun dibunuh.

Subhanallah, ini memang bukan cinta biasa. Membela dan memperjuangkan Islam, sebagai bentuk kecintaan kepada agama Allah ini, membuat Khubaib, temannya Zaid yang juga diutus Rasulullah dalam misi tersebut, rela melepaskan nyawanya. Sebelum syahid, beliau memandang musuh-musuh Allah dengan marah sambil meneriakkan doa: “Ya Allah, sesungguhnya telah sampai kepada kami risalah Rasul-Mu, maka besok sampaikan kepadanya apa yang membuat kami demikian. Ya Allah, hitunglah (bilangan) mereka (dan lemparkan mereka) berkali-kali, bunuhlah mereka dengan sekali lumat, dan janganlah Engkau biarkan mereka hidup seorang pun dari mereka!” Mendengar teriakan Khubaib, mereka menjadi gemetar. Dengung suara itu seolah merobek-robek nyawa mereka. Kemudian, Khubaib pun dibunuh. Itu baru sahabat Rasulullah saw. bagaimana dengan ummat Islam kini? Ini salah satu kisahnya.

Di perbatasan Gaza, tersengguk, disekanya tetes-tetes yang menggenang dipelupuk kedua mata. Bukan! Bukan tangis kedukaan! Tetapi keterharuan yang memuncak dalam impian akan perjumpaan dengan wajah Kekasih yang dirindukan. Diucapkannya basmalah, dan ditanggalkannya berlapis-lapis riya’ yang mungkin masih terpasung di alam bawah sadarnya. Bangkit ia bergegas menyambut seruan Tuhan, dan menggumam perlahan, “Ini untuk ayah-bundaku, adik-kakak-ku, teman-teman seperjuanganku, untuk Al Aqsho, untuk Palestina, untuk Al Islam!”. Mengeras rahangnya menahan degup dendam suci atas tercabiknya tanah kehormatan. Berkilat mata elangnya menyiratkan tekad penuh kesungguhan dan keberanian tak kenal gentar.

Islam I'm in Love. Mengendap. Berkelibat di bawah bayang-bayang purnama yang tersaput awan. Begitu mudah memasuki perbatasan yang dijaga ketat budak-budak hina, sosok-sosok kera berwujud manusia. Aman sudah. Dan… “Dduuaaaarrrrrr!!!!!”. Jasad itu musnah sudah. Namun ruhnya melayang mengangkasa, dijemput cantik bidadari yang tak sempat ditemuinya di dunia. Subhanallah...

Lalu bagaimana dengan Rasulullah saw.? Aisyah ra. bercerita tentang Rasulullah saw. setelah didesak oleh Abdullah bin Umar. Apa yang diceritakan Ummul Mukminin Aisyah ra? Beliau menceritakan sepotong kisah bersama Rasulullah saw. (Tafsir Ibnu Katsir I: 1441) :

Pada suatu malam, ketika dia (Rasulullah) tidur bersamaku dan kulitnya sudah bersentuhan dengan kulitku, dia berkata, “Yaa Aisyah, izinkan aku beribadah kepada Rabbku.”
Aku berkata, “Aku sesungguhnya senang merapat denganmu, tetapi aku senang melihatmu beribadah kepada Rabbmu.”
Dia bangkit mengambil gharaba air, lalu berwudhu. Ketika berdiri shalat, kudengar dia terisak-isak menangis. Kemudian dia duduk membaca al-Quran, juga sambil menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya, ketika dia berbaring, air matanya mengalir lewat pipinya mambasahi bumi di bawahnya. Pada waktu fajar, Bilal datang dan masih melihat Nabi saw. Menangis.
“Mengapa Anda menangis, padahal Allah ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang kemudian?” tanya Bilal
“Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur. Aku menangis karena malam tadi turun ayat Ali Imran 190-191. Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkannya.”

Demi cintanya kepada Allah, dan juga agama ini, Rasulullah saw. sanggup mengesampingkan kenikmatan-kenikmatan lainnya. Subhanallah…
Sekali lagi, ini bukan cinta biasa! Islam, I’m in Love.
Wa Allahu 'Alam Bis Showab

Selengkapnya....

Undzur Ma Qoola Walaa Tandzur Man Qoola

Dengar apa yang dikatakannya dan jangan lihat siapa yang mengatakannya. Satu ungkapan lama dari ulama yang sejatinya dimaknai agar kita bersikap kritis terhadap setiap perkataan orang, disisi lain tidak mengambil kebenaran hanya karena memandang kedudukan, status orang yang mengatakannya. Namun, sejalan dengan beragam pemikiran manusia, beragam pula interpretasi terhadap ungkapan tersebut hingga satu titik interpretasi sederhana bahwa tidak perlu melihat siapa yang mengatakannya, karena yang penting adalah apa yang dikatakan orang tersebut. Satu interpretasi yang salah yang terus bergulir yang kemudian tidak jarang dijadikan alasan pembenaran bagi seorang juru dakwah (da’i) untuk tidak tampil dengan penampilan terbaiknya, karena baginya yang penting apa yang akan disampaikannya penuh nilai dan berbobot.

Anda tentu pernah melihat tukang obat yang beraksi di tengah keramaian, meski tak pernah belajar teori komunikasi, apalagi kuliah strata satu di fakultas ilmu komunikasi, tapi memiliki kemampuan untuk menyedot perhatian orang banyak hingga rela berdiri untuk sekian lama memperhatikan cuap-cuap si tukang obat.
Jual obat belakangan, yang penting orang senang dulu dan betah untuk berlama-lama bersamanya. Bisa jadi kita juga semua tahu bahwa obat yang dijual masih perlu dipertanyakan kualitasnya, juga kemanjurannya, tapi pernahkah Anda mempertanyakan pada diri sendiri, kenapa Anda mau berhenti sejenak untuk memperhatikan tukang obat itu sendiri. Dan tidak jarang, pada akhirnya, ada yang membeli obat tersebut.

Setiap marketing yang handal dan pengalaman, tentu sangat mengerti jawabannya. Prinsip dasar yang dipegang selama ini dalam menentukan keberhasilan marketing adalah “The singer not the song”. Pada umumnya, keputusan untuk membeli suatu barang sangat ditentukan oleh emosi si pembeli. Termasuk misalnya, pembeli merasa senang, suka ataupun sebaliknya terhadap penjual. Setiap penjual yang baik, biasanya memulai dengan dan mampu untuk “menjual” dirinya terlebih dulu sebelum menjual produk. Syukurnya, dalam kerangka budaya masyarakat Indonesia pada umumnya masih lebih berorientasi pada “siapa yang berbicara”. Sebagai contoh lagu dan penyanyi misalnya, orang kita masih memandang penyanyinya, bukan lagunya. Coba Anda perhatikan di kampung-kampung misalnya, tertulis besar-besar pengumuman, “Hadirilah pagelaran musik, menghadirkan Cucum Cumenah, Artis Top Ibukota”. Anda tidak akan pernah mendapati, judul lagu yang ditulis dalam pengumuman tersebut. Apapun lagunya, kalau yang membawakannya adalah artis top yang sudah kondang dan kesohor bahkan menjadi pujaan, tidak penting lagi apakah lagu tersebut jelek atau bagus.

Jadi, sekedar untuk mengembalikan pemahaman sebenarnya dari ungkapan ulama (bukan hadits) di atas, bahwa setiap kita semestinya kritis terhadap apa yang dikatakan orang. Namun jika masih tetap ada yang “keukeuh” menginterpretasikan hal itu sebagai tidak perlu melihat siapa yang mengatakannya, kali ini, seharusnya dipahami bahwa sesungguhnya masyarakat kita sangat betul memperhatikan siapa yang berbicara. Sebagus apapun, sebaik apapun nasihat yang akan anda sampaikan kepada orang lain, luangkan waktu sejenak untuk sekedar memperhatikan penampilan Anda, dan memperbaiki bagian yang kurang sedap dipandang. Dalam pemahaman yang lebih luas, seperti dijelaskan dalam Surat Ash Shaft ayat 2 dan 3, bahwa sebelum mengatakan sesuatu, semestinya kita sudah melakukannya. Sehingga orang lain akan melihat kita sebagai tauladan, bukan sebagai pembual yang hanya pandai mengajak orang, tapi tetap pada keburukan.

Wa allahu 'alam bis showab

Selengkapnya....

Sentuhan Sang Kuli Pasar

Kuli angkut itu terus berjalan memanggul beban. Memanggul dan memanggul. Di pasar Baghdad, di tepian sungai Dajlah yang membelah kota peradaban itu, ia mencari hidup. Bila dhuha menyingsing, ia berhenti sejenak. Pergi ke tepian sungai untuk berwudhu. Lalu shalat dhuha, memohon kepada Allah Yang Maha Meneguhkan.

Usai shalat ia melanjutkan kerjanya. Menjelang dzuhur ia menerima upah yang ia pergunakan untuk membeli roti. Lalu pergi ke tepian sungai Dajlah. Di sana ia makan, lalu minum dari sungai yang airnya sangat jernih. Sesudah shalat Dzuhur, ia melanjutkan kembali kerjanya. Menjadi kuli angkut. Bila sore tiba, ia pergi ke sungai berwudhu, shalat Ashar, lalu melanjutkan kembali kerjanya.

Tanpa disadari, telah beberapa hari kehidupan kuli itu menjadi perhatian anak seorang khalifah. Ali bin Al-Makmun.
Ali mengamati tingkah laku kuli pasar itu dari atas menara istana ayahnya. Dari atas menara itu, segala aktifitas orang – orang di pasar itu terlihat jelas. Termasuk apa yang selalu dilakukan kuli itu.

Setelah beberapa hari, ia meminta pengawal agar memanggil kuli pasar itu ke istana.

“Apa pekerjaanmu?” Tanya anak khalifah.
“Aku bekerja bersama hamba – hamba Allah di bumi Allah.”
“Aku telah mengamati kamu, dan melihat beratnya pekerjaanmu. Maukah kamu hidup bersamaku? Bawalah keluargamu. Di sini kamu bisa makan, istirahat, tidak ada kesedihan, tidak ada duka, tidak ada kegalauan.”
“Wahai putra khalifah, sesungguhnya tidak ada kegalauan bagi orang yang tidak bermaksiat, tidak ada kesedihan bagi orang yang tidak berbuat buruk. Adapun orang yang hari – harinya dilalui kemarahan dari Allah, bermaksiat kepada Allah, maka dialah yang merasakan galau, sedih, dan duka.”

Putra khalifah, yang tumbuh di istana itu terus bertanya tentang keluarganya. Dan terus memintanya agar mau tinggal bersamanya. Tetapi kuli angkut di pasar Baghdad itu tidak mau. Ia mengatakan, bahwa setiap sore, ia kumpulkan upahnya di sore hari. Untuk membeli roti dan di bawa pulang. Sebab, ibunya yang sudah renta dan saudara perempuannya yang buta selalu berpuasa. Bila sore tiba, mereka menunggu buka dari lelaki kuli itu.

“Maka kami berbuka bersama, lalu tidur.”
“Jadi kapan kamu bangun?” tanya sang anak khalifah
“Pada saat Allah turuh ke langit bumi (sepertiga malam terakhir).”
“Apakah kamu punya hutang atau tanggungan?”
“Ya, dosa – dosa yang belum aku tebus di sisi Allah,” jawab sang kuli itu.

Anak pengusaha itu begitu tergugah. Beberapa hari sesudah pertemuan itu, ia memutuskan untuk pergi. Ia berpesan kepada pembantunya, “Setelah tiga hari kepergianku, sampaikan kepada ayahku bahwa aku pergi dan kita bertemu di hari perhitungan kelak.”

Ia mengganti pakaian kebesarannya sebagai keluarga khalifah. Lalu memakai pakaian biasa. Ia pergi dan bergaul dengan orang – orang yang ada di pasar. Dan, juga memulai bekerja sebagai kuli angkut. Tidak seorang pun tahu bahwa ia adalah anak khalifah. Tidak juga kuli yang telah diundangnya ke istana.

Sejak itu ia punya jadwal ibadah yang rutin, seperti yang ia saksikan pada sosok kuli angkut yang mempengaruhi jiwanya. Termasuk berpuasa pada senin dan kamis. Pagi sebelum bekerja ia menghafal Al-Qur’an. Bila dhuha tiba, ia pergi ke sungai Dajlah, lalu berwudhu dan shalat. Begitu seterusnya. Ia sangat merasakan nikmatnya upah satu hari yang ia pergunakan untuk membeli roti.

Waktu terus berjalan. Suatu hari ia jatuh sakit. Ketika merasa ajalnya sudah dekat, ia sampaikan pesan kepada pedagang tempatnya bekerja menjadi kuli.

“Bila aku mati, tolong urus jenazahku, setelah engkau makamkan aku, maka kirimkan cincin ini kepada Khalifah Al-Makmun.”

Betapa terkejutnya sang khalifah setelah mengetahui anaknya sudah meninggal. Ia menangis, begitu juga para pengawalnya.



Ini adalah kisah tentang sentuhan kuli yang menggugah jiwa anak pengusaha. Ini adalah sentuhan kuli yang mengubah jalan hidup anak khalifah. Sentuhan itu tidak mengubahnya lari dari dunia secara ekstrim, seperti pelarian orang – orang salah. Tidak. Sentuhan itu mengubahnya menjadi pekerja keras yang bisa menikmati jerih payahnya dengan sangat nikmat. Sebab, betapa banyak dari kita, yang memburu apa – apa yang mungkin bisa kita miliki tetapi tidak pernah bisa kita nikmati. Lebih dari itu, sentuhan itu membuatnya memiliki kesempatan untuk bermunajat kepada Allah, menghafal Al-Qur’an, bekal yang menyemangati kembali hidupnya menyongsong hidup sesudah hidup. Sentuhan itu telah memberinya dorongan kuat untuk menempuh ritme hidup yang lebih berkualitas.

Wa Allahu ‘Alam Bis Showab

Selengkapnya....

Karenamu, Ujian Itu Semakin....

Penting untuk diketahui suami istri, bahwa hidup adalah suatu seni kemungkinan, hendaknya masing – masing ridha dengan apa yang telah Allah berikan dan berusaha untuk mencapai sesuatu yang lebih baik pada batasan yang memungkinkan. (Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid)

Ummu Sulaim bintu Milhan nama wanita itu. Ia yang dinikahi Abu Thalhah Al Anshari dengan mahar keislaman calon suaminya. Kisah agung pernikahan suci mereka berlanjut hingga saat mereka sudah dikaruniai putra. Para penulis hadits mengabadikan kisah sakitnya putra semata mayang dari kedua pasangan mulia ini. Ya, kisah ini memberikan hikmah yang dalam dan pelajaran yang, tinggi kepada siapapun yang mencari teladan.

Suatu hari, putra Abu Thalhah dan Ummu Sulaim sakit keras. Semakin hari semakin parah saja tampaknya, sedangkan Abu Thalhah harus tetap menjalankan usaha perniagaannya. Allah berkehendak mengambil kembali anak kecil itu dari kehidupan Abu Thalhah dan Ummu Sulaim ketika sang ayah tak ada di rumah.

Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya, "Janganlah kalian memberitahukan kepada Abu Thalhah akan kematian putra kesayangannya. Biar aku sendiri yang akan menyampaikannya." Jasad sang putera pun ditempatkan di ruangan tertutup.

Kemudian Ummu Sulaim mengenakan busananya yang paling bagus. Dia merias dirinya secantik mungkin dan memasak makanan istimewa kesukaan Abu Thalhah. Ketika pulang, Abu Thalhah segera menanyakan bagaimana keadaan sang putera yang ditinggalkan dalam kondisi sakit.

Ummu Sulaim menjawab, "Dia sekarang jauh lebih tenang daripada sebelumnya." Jawaban ini sangat melegakan bagi Abu Thalhah, padahal tentu yang dimaksud Ummu Sulaim 'lebih tenang daripada sebelumnya' berbeda dari pemahaman Abu Thalhah.

Karena merasa tenang, maka Abu Thalhah menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh isterinya. Setelah itu sang isteri memperlakukannya dengan sangat mesra layaknya pengantin barn. Lalu 'shadaqah' pun selesai ditunaikan Abu Thalhah, hingga ia merasa tenang dan tenteram. Luar biasa wanita ini. la pun sebenarnya dirundung duka begitu dalam, tetapi ia ingin agar beban kesedihan dan nestapa yang akan segera didengar suaminya agak terkurangi dengan sambutannya malam ini.

"Wahai Aba Thalhah...", kata Ummu Sulaim kemudian. "Bagaimana pendapatmu, sekiranya ada seseorang yang menitipkan sesuatu kepada orang lain untuk suatu masa tertentu. Kemudian ketika si pemilik itu hendak mengambil barangnya kembali, patutkah jika orang yang dititipi itu keberatan?"

"Sebenarnya tidak boleh begitu", kata Abu Thalhah. "Ia wajib untuk segera mengembalikan barang itu kepada pemiliknya dengan penuh keikhlasan. Bukankah barang itu memang bukan miliknya?"

Ummu Sulaim kemudian mengatakan, "Kalau begitu, ketahuilah bahwa putra kita adalah milik Allah yang dititipkan kepada kita. Ikhlaskanlah putramu, karena kini Sang Pemilik telah mengambil barang titipannya."

Abu Thalhah marah dan dongkol sekali. Bagaimana bisa tadi dia makan dengan sangat lahap kemudian bermesraan bagaikan pengantin baru padahal putera terkasihnya terbujur kaku di kamar sebelah. "Mengapa baru sekarang kau katakan? Mengapa sejak tadi kau diam saja? Sampai – sampai keadaan kita berdua sudah seperti ini."

Paginya dengan menahan kesedihan, keharuan, dan kejengkelan pada isterinya, Abu Thalhah pergi menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Dia laporkan apa yang telah dilakukan Ummu Sulaim kepadanya. Sungguh agung, Rasul mulia itu justru bersabda: "Pengantinankah kalian berdua semalam? Mudah – mudahan Allah memberikan barakahNya untuk kalian berdua pada malam yang telah kalian lalui bersama."

Benarlah yang beliau sabdakan. Tak lama kemudian Ummu Sulaim mengandung dan ketika lahir, sang bayi ini diberi nama 'Abdullah. Perawi hadits ini berkomentar, "Aku telah mendapatkan informasi bahwa Abdullah memiliki sembilan orang putera yang kesemuanya adalah Qari’ penghafal Al Quran. Inilah barakah malam itu. Inilah yang dilahirkan oleh seorang wanita mukminah lagi shalihah." (HR Al Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)

Pelajaran indah apalagi yang kita dapat setelah membaca kisah Ummu Sulaim ini? Lihatlah bagaimana ketegaran seorang isteri seperti Ummu Sulaim dan kecerdasannya menyikapi kondisi. Luar biasa! Ia tak panik, meratap, dan pilu mendapati kematian putra kesayangan. Ia justru berusaha menjadi orang yang paling tenang dan menenangkan, orang yang paling kuat dan menguatkan, orang yang paling tegar dan meneguhkan.

Bayangkan jika kita sedang lelah – lelahnya pulang dari bepergian, lalu di depan kita ada wanita menangis tanpa kita tahu sebabnya.

Bayangkan di tengah penat yang serasa memutus urat, bukan pijatan lembut tapi berita duka yang di dapat.

Bayangkan jika setelah perjalanan yang membuat kta merindukan canda anak – anak, justru tubuh terbujur kaku yang kita saksikan.

Ummu Sulaim Radhiyallahu 'Anha, betapa mulianya pribadi ini. Ia tidak berkata apapun apalagi menangis meraung di depan suaminya yang sedang sangat lelah, dipenuhi kekhawatiran, dan gelisah. Ia justru hidangkan yang terbaik, berdandan dengan cantik, serat memberikan waktu dan dirinya agar sang suami kenyang, tenang, puas, dan rileks. Dalam kondisi emosi suami yang stabil, baru ia sampaikan berita itu dengan bahasa yang sangat empatik. Perumpamaan yang sungguh membuat sang suami tak bisa berkata apa – apa, "Ikhlaskanlah putramu, karena kini Sang Pemilik telah mengambil barang titipan-Nya."

Subhanallah…

Wa Allahu ‘Alam Bis Showab

Selengkapnya....

Valentine Lagi..??? Cape Dech..!!!

“Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad dan Abu)

Membicarakan valentine day sulit lepas dari kata pacaran. Tak perlu banyak debat, insya Allah. Kita semua sudah banyak mendapati bahasan bahwa perayaan ini berasal dari agama paragnisme yang najis lalu dihidup - hidupkan oleh pemuka - pemuka agama Nasrani yang bodoh dan seenak perut mereka menentukan tatacara ibadah. Kini ia menjadi alat kapitalisme untuk memasarkan produknya dengan memeras para remaja.

Hanya ada dua jenis manusia yang merayakan valentine: kapitalisme yang keji, dan orang bodoh yang tertindas. Materialisme - kapitalisme memang sedang mengepung kita. Mengajarkan bahwa kemuliaan dinilai dengan kekayaan dan harta.

“Adapun manusia apabila Rabbnya menguji, lalu ia dimuliakan, dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, “Rabbku memuliakanku...” Adapun bila Rabbnya menguji lalu membatasi rizqinya, dia berkata, “Rabbku menghinakanku...” (Al Fajr : 15 – 16)

Tak perlu kita menjadi korban, apalagi dengan memboroskan milik kita. Cinta yang sehat mengajarkan untuk mempersiapkan masa depan kita penuh rencana, karena engkau akan memiliki keluarga yang akan kau pertanggung jawabkan nafkahnya di hadapan Allah.

“Sesungguhnya pemboros - pemboros itu adalah saudara - saudara syaithan, dan syaithan itu sangat ingkar kepada Rabbnya.” (Al Israa’ : 27)

Valentine, Bukan Budaya Kita Loh...

Kan boleh, cuma sekedar ikut merayakan saja. Bukankah ini hari kasih sayang sedunia yang universal..??? Mungkin sebagian dari kamu berdalih begitu.

Oke, tapi bagi kaum muslimin, kita udah diwanti-wanti sama Allah Swt. : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al Israa’ : 36)

Nah, inilah uniknya Islam. Tidak ada yang namanya sekadar ikut, cuma ngikut atau ikut - ikutan saja. Sebelum melakukan suatu perbuatan, sebagai muslim, kita harus paham apa dan bagaimana Islam menyikapinya. Ini mendidik kamu, para remaja muslim, agar tidak menjadi generasi pembebek. Generasi yang bisanya cuma ikut - ikutan tanpa tahu ilmunya. Islam mengajak kamu untuk cerdas dalam menyikapi sesuatu.


Saat Ku Katakan Padamu, “Be My Valentine”

Saatnya kita mencampakkan budaya yang jelas - jelas nggak memberi manfaat apa pun pada kita, kaum muslimin. Kalo hanya dengan alasan kasih sayang, Islam adalah sumber dan muara kasih sayang itu sendiri. Mulai dari haramnya aborsi karena setiap anak punya hak hidup, naluri sayang seorang ibu juga dijaga agar tidak dirusak oleh paham atas nama kebebasan. Begitu juga dengan penghargaaan seorang anak yang tinggi untuk menghormati ibu dan bapaknya. Nggak ada konsep penitipan panti jompo dalam Islam. Toh, betapa pun tuanya orangtua kita, merekalah yang dulu pernah melahirkan dan membesarkan kita dengan kasih sayang. Betul kan?

Hubungan laki-laki dan perempuan bila ingin berkasih-sayang, ada sarananya. Pernikahan. Di sinilah satu sama lain diajari untuk mengenal kasih-sayang sejati yang diikuti tanggung jawab. Bukan hanya bisa memberi bunga, coklat dan boneka tanpa berani berkomitmen dan maunya sekadar pacaran mulu. Tapi Islam mengajarkan cowok untuk jadi laki-laki sejati, begitu dengan para cewek. Jangan mau digombali hanya dengan rayuan tak bermutu.

Mereka yang suka gembar gembor Valentine’s Day dan kasih sayang, malah mereka juga yang enggan untuk melindungi dan menyayangi bumi. Contohnya, Amerika tuh yang menolak peduli terhadap efek global warming atau pemanasan global. Ozon yang semakin menipis karena efek rumah kaca, toh itu juga banyak berasal dari negaranya yang penuh dengan gedung bertingkat dan pemakaian freon secara berlebihan.

Kalau sudah begini, kamu masih percaya dengan Valentine’s Day adalah hari kasih sayang? Universal pula? Naif banget kalo iya. Cukup Islam saja sebagai tolok ukur dalam seluruh perbuatan kita. Insya Allah pasti selamat dunia-akhirat. Dijamin!

So, mari kita campakkan Valentine dan ambil Islam saja sebagai the way of life yang penuh kasih sayang. Yuk, kaji Islam biar cerdas dan takwa.

Wa Allahu 'Alam Bis Showab

Selengkapnya....

Mengubah Masalah Menjadi Energi

Masalah akan selalu ada, itu pasti. Karena hidup ini sesungguhnya, hanyalah perpindahan dari satu masalah kepada masalah yang lain. Lapar adalah masalah, maka kita harus mencari makanan untuk menghilangkan rasa lapar. Kantuk adalah masalah, maka kita harus tidur untuk melepaskan rasa kantuk. Lelah adalah masalah, maka kita harus beristirahat agar kita bisa semangat lagi dalam bekerja. Begitulah seterusnya.

Masalah, bagi orang yang selalu melihat sesuatu dengan kacamata negatif adalah beban, kesulitan, pesimisme. Tapi bagi orang yang yang memiliki kepedulian dan sensifitas memberi, masalah adalah tantangan. Masalah adalah motivasi. Masalah adalah optimisme. Mengapa? Karena masalah tidak hanya menyimpan petaka, tetapi juga dia menyediakan ruang yang luas untuk memberi, berkontribusi, agar ada maslahat yang diciptakan. Karena itu, masalah harus dilihat dari banyak sisi agar ia bisa diubah menjadi kekuatan.

Rasulullah pernah mengingatkan kita, “Perumpamaan orang yang menjaga dan menerapkan peraturan Allah seperti kelompok penumpang kapal yang mengundi tempat duduk mereka. Sebagian mereka mendapat tempat di bagian atas, dan sebagian yang lain di bagian bawah. Penumpang bagian bawah, jika mereka membutuhkan air, maka harus berjalan melewati bagian atas kapal. Maka mereka pun berujar, “Bagaimana jika kami lubangi saja bagian bawah kapal ini (untuk mendapatkan air), toh hal itu tidak akan menyakiti orang yang berada di bagian atas.” Jika kalian biarkan mereka berbuat menurut keinginan mereka itu, maka binasalah mereka dan seluruh penumpang kapal itu. Tetapi jika kalian cegah mereka, maka selamatlah mereka dan seluruh penumpang yang lain.”

Kapal bisa saja tenggelam jika orang yang ada di bagian bawah kapal melubangi kapal untuk mendapatkan air. Hal itu tidak akan terjadi jika orang yang di bagian atas kapal mengetahui kebutuhan orang yang berada di bagian bawah kapal.

Karena itulah kita perlu memberikan kontribusi dengan kemampuan dan keahlian kita, pada satu masalah yang memang kita mengerti. Sebab, mencampuri masalah yang tidak kita mengerti, bukan saja tidak akan selesai tapi mungkin justru akan membuatnya semakin rumit. Rasulullah sendiri telah menegaskan, bahwa jika sebuah urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka yang akan terjadi adalah kehancuran. Maka, cukuplah sabda Rasulullah itu sebagai panduan, agar kita tidak memperparah masalah yang ada dengan memberikan komentar-komentar yang salah bahkan menyesatkan.

Wa Allahu ‘Alam Bis Showab

Selengkapnya....

Belajar Dari Penyelam Mutiara

Perjalanan hidup manusia tak ubahnya bagaikan kisah penyelam mutiara.

Seorang penyelam mutiara, dalam melaksanakan tugasnya selalu di bekali dengan tabung oksigen yang terpasang di punggungnya, pada saat terjun ke laut, ia punya tekat yang sangat bulat untuk mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya.

Tetapi begitu sampai di dasar laut, pemandangan dasar laut membuat si penyelam terpesona, hingga ia lupa pada tugas semula, untuk mencari tiram mutiara yang berada jauh di dasar laut.

Hingga pada suatu ketika. Dia terkejut manakala disadarinya oksigen yang berada di tabungya tinggal sedikit lagi.



Timbullah rasa takutnya, tak terbayangkan kemarahan majikannya kelak bila ia tidak mendapatkan tiram mutiara yang diinginkannya, seraya dengan tergopoh - gopoh ia pun berusaha tiram mutiara di sekitarnya, namun sayang kekuatan fisiknya semakin melemah, energinya terkuras habis hanya untuk menikmati keindahan alam bawah laut.

Akhirnya isi tabung oksigenya pun benar - benar kosong, mau tidak mau ia pun harus segera muncul kepermukaan, malangnya lagi karena tergesa-gesa ia tidak sempat mengikat kantongnya dengan baik, sehingga ketika dalam perjalanan muncul kepermukaan, tiram mutiara yang susah payah didapatnya, jatuh berhamburan, dan tumpah kembali ke dasar laut.

Sesampai di permukaan, sang majikan telah menunggu, dan begitu melihat isi kantong mutiara itu tidak berisi mutiara sama seperti yang ia harapkan, maka wajahnya pun berubah menjadi beringas, tumpahlah caci makinya dan saat itu pula dipecatnya si penyelam tanpa pesangon sedikitpun.

Bayangkan bagaimana gundahnya perasaan si penyelam???

Dengan penuh penyesalan, si penyelam berusaha mendapatkan kesempatan ulang untuk menyelam lagi, ” Tuan, ijinkanlah aku menyelam lagi, aku akan mencai tiram sebanyak - banyaknya untukmu!” namun sang majikan menolaknya.

Kisah ini sangat mirip dengan perjalanan hidup manusia di dunia.

· Tabung oksigen adalah lambang jatah umur manusia
· Tiram mutiara adalah pahala yang harus kita kumpulkan
· Tiram mutiara yang tumpah, menggambarkan pahala yang hilang karena riya’
· Keindahan yang ada di bawah laut adalah lambang godaan-godaan kenikmatan duniawi


Mari kita introspeksi diri.
Sudah cukupkah tiram mutiara yang kita peroleh..??? Sehingga apabila suatu saat kita harus benar - benar muncul kepermukaan menemui majikan kita, Allah swt dengan ridha menerima kita.


"Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main - main, sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar - benarnya kehidupan." (Al - Ankabut : 64)

Selengkapnya....

Gaza Menangis




Saat dunia berdiam diri, hanya menyaksikan tindakan keji Zionis Israel, dan embargo terhadap warga Palestina di Gaza, kini mereka kembali mengalami kekejaman biadab zionis israel

Bumi Palestina sedang merana ...

Bumi para Nabi sedang dicabik-cabik ...

Bumi Isra Mi’raj Nabi SAW sedang dinistakan ...

Bumi yang disucikan sedang dikotori ...

Bumi kota suci ketiga setelah Makkah dan Madinah sedang diinjak - injak ...

Siapakah yang akan menolong..??? Siapakah yang akan membela..??? Siapakah yang akan mengembalikan kesuciannya..???

Itulah negeri yang telah dimerdekakan oleh sang Al-Faruq Umar bin Khattab dan direbut oleh Shalahuddin Al-Ayyubi

Marilah kita menjadi penolongnya, pembelanya dan penerus sang Al-Faruq dan Al-Ayyubi..!!! Demi tegaknya Islam dan kejayaannya. Demi kembalinya kehormatan dan kesucian bumi Allah Palestina, bumi Al-Aqsha yang tercita dan bumi para Anbiya..!!!

Selengkapnya....

Akhlak Muslim Adalah Dakwah

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Fushilat:33)


Amal nyata lebih berkarya dari kata-kata. Berdakwah kepada Allah, tidak saja mengamalkan ajaran-Nya dan menjauhi segala yang dilarang melainkan lebih dari itu menampilkan diri sebagai seorang Muslim di manapun ia berada, wa qaala innanii minal muslimiin.


Allah SWT mencela orang yang shalatnya tidak mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar. Apa artinya haji, bolak-balik bila tak peduli pada tetangga. Zakat juga, korupsi juga? Hidup sehari-harinya tidak mencerminkan Islam. Ia tidak merasa berdosa dengan mempertontonkan auratnya di mana-mana, bergandengan tangan dengan wanita bukan istrinya di depan banyak orang, melakukan kemaksiatan, kezhaliman, korupsi, judi, dan perzinaan dengan terang-terangan.


Aneh memang, betapa banyak orang yang KTP-nya tertulis Islam dalam keterangan agamanya. Tapi anehnya, tergila-gila dengan budaya barat. Atau sebaliknya lebih membela adat istiadat yang kental kemusyrikannya. Rumah tangganya jauh dari Islam. Ada perasaan minder ketika mengaku muslim.


Seorang aktivis dakwah sejati selalu bangga dengan identitasnya sebagai seorang muslim. Ia tidak takut menampilkan Islam sebagai pedoman hidup dalam kesehariannya. Sungguh hal ini tidak boleh dianggap enteng. Enggan untuk menampilkan wajah Islam yang sebenarnya adalah krisis yang paling dahsyat ancamannya.


Islam mengajarkan kedisiplinan, kebersihan, dan akhlak mulia, tetapi mengapa santrinya kudisan dan toiletnya jorok. Islam mengajarkan kejujuran, dan ketegasan dalam menegakkan hukum, tetapi budaya kongkalikong dan KKN justru merebak. Padahal Indonesia mayoritasnya umat Islam. Bahkan untuk perjalanan mulia seperti ibadah haji ke tanah suci, masih harus melewati cara-cara kotor.


Ada pengakuan seorang muallaf, ia masuk Islam bukan karena umat Islam melainkan kebenaran Islam. Bahkan ada ungkapan yang sangat terkenal al-Islam mahjuubun bil muslimiin (kebenaran Islam terhalang oleh orang-orang Islam sendiri). Lihat saja kondisi umat Islam sekarang ini, kalau tidak berperang di antara mereka sendiri, mereka dizhalimi oleh pemimpinnya sendiri yang mengaku muslim.


Menampilkan sosok Islam dalam keseharian, dalam rumah tangga, dalam bermasyarakat, dalam berbangsa dan bernegara adalah sebuah keniscayaan. Termasuk perbuatan yang sangat baik dan mulia. Lihatlah mereka yang tergabung dalam anak Punk. Mereka dengan bangga tampil seperti itu. Padahal anting-anting yang ditanam di tubuh mereka sangat berbahaya bagi kesehatan.


Mereka yang berada di jalur kebathilan dengan terang-terangan menampakkan diri. Mereka berpola hidup bukan Islam toh merasa bangga meski masa depannya tidak jelas. Mereka yang memilih jalur di luar Islam mati-matian menjalankan filsafat hidup yang mereka pilih.


Walaa tastawil hasanatu walas sayyi’ah. Benar, tidak akan pernah sama antara kebaikan dan keburukan. Melangkah di jalan dakwah tetap lebih mulia dari kata-kata pencerca yang menghadang dakwah.

Selengkapnya....

Mendengarlah..!!!

AIlah, dalam berbagai firman-Nya, memerintahkan pada manusia untuk mendengar. Sekurang - kurangnya, kita dapat menemukan 145 ayat dalam Al-Qur'an, dengan berbagai varian tentang mendengar. Bahkan, dalam banyak firman pula, Allah berkali - kali memperingatkan dengan kalimat yang tegas. "Apakah kamu tidak mendengar?"


Sungguh, mendengar ternyata jauh lebih sulit daripada bicara. Mendengar, tidak saja membuka telinga lebar-lebar dan mempersilakan suara untuk masuk ke dalamnya. Tapi, mendengar juga meminta dan mensyaratkan sesuatu yang mutlak, dan itu adalah diam. Sebab, tak mungkin seorang manusia mampu mendengar secara maksimal jika hasratnya untuk berbicara tak bisa ia kalahkan.


Rasulullah juga demikian. Beliau meminta umatnya untuk berkata baik dan benar atau diam. Artinya, mendengar lebih baik daripada bicara tentang sesuatu yang tak baik, apalagi tak benar.


Tapi hari-hari ini, justru kita mendapat pertunjukan yang sama sekali kontra dengan perintah Allah untuk mendengar dan anjuran Rasul untuk berkata yang baik dan benar. Manusia, seolah saling berlomba untuk berbicara, dan lupa mendengar. Orang – orang bersaing membuat pernyataan, dan telinga mereka sudah lupa apa fungsinya. Begitu juga mereka yang disebut tokoh, saling adu keras suara menyatakan pikiran yang sama sekali belum tentu kebaikannya, pun kebenarannya.


Manusia lupa mengajarkan pada dirinya sendiri tentang kebaikan mendengar. Mereka tak ingat lagi bagaimana caranya mendengar. Bahkan, tanpa sadar, kita tak lagi peduli apa makna telinga. Padahal, jumlah telinga yang dua dan mulut yang hanya satu, adalah isyarat tersendiri dari Sang Pencipta, agar manusia lebih banyak mendengar dan sedikit bicara.


Mendengarlah ...
Begitu banyak suara yang harus kita dengar. Begitu banyak peristiwa yang harus kita dengar. Begitu banyak kesengsaraan yang mengetuk-ngetuk untuk kita dengar. Begitu banyak tangis dan keluh yang harus kita dengar.


Bersabarlah untuk tidak terlalu nafsu berbicara. Sebab, keinginan berbicara selalu mengalahkan kemampuan untuk mendengar. Sebab, setiap kali kita lebih banyak bicara, semakin bertambah kemungkinan bersalah.


Mari belajar mendengar. Karena begitu banyak yang harus kita perhatikan, jauh lebih banyak dari sesuatu yang harus dikomentari. Mari belajar mendengar. Karena kekuatan kita sebagai manusia, kian terasah. Dan kemanusiaan kita kian baik ketika kita membuka telinga lebar-lebar. Tidak untuk masuk telinga kiri dan keluar kanan, tapi untuk menggerakkan hati dan memberikan yang terbaik pada seluruh alam .

Mendengarlah...!!!

Selengkapnya....

Dimana Komitmenmu..???

“Afwan ukhti, Afwan akhi ana bisa saja membantu amanah di tim ini tapi ana tidak usah dimasukkan dalam tim ya”

“Akhi, ana banyak amanah di lain jadi untuk di sini saya bantu-bantu saja ya tidak usah dimasukkan dalam tim”

Dua ungkapan menghiris hati yang kian kelu menyaksikan betapa kualitas dakwah kian hari kian menurun. Menginsafi betapa amanah teremban di pundak yang kian lelah. Di sisi lain tak jua bisa dielakkan bahwa dakwah ini tak bisa diistirahatkan meski hanya sekejap.

Lantas, bagaimana mungkin kemenangan akan kita raih bila ternyata komitmen kita (para aktivis dakwah) masih sedemikiannya...???? Jangan - jangan kita penyumbang aset terbesar atas tertundanya kemenangan dakwah yang kita impikan.

Ikhwah fillah ...

Bisa jadi kita tidak menyadari dan menganggap remeh serta sekedar mencari aman dengan ungkapan seperti di atas. Seolah kita merasa tidak terbebani dengan mengungkapkan bahwa kita tidak berada di dalam lingkaran secara langsung. Tapi dengan mengatakan bahwa siap membantu seolah kita adalah orang yang sangat bertanggung jawab.

Padahal...???? Betapa tersimpan satu sikap yang picik dalam ungkapan itu dan betapa terkesan bahwa kita bukan orang yang bisa bertanggung jawab atas amanah. Kita hanya mau mengekor tanpa mau memegang kendali amanah tersebut.

Melemahnya komitmen ...
Gambaran yang sangat jelas membuat semakin ketir hati bahwa kehancuran dakwah seolah di depan mata dan yang paling menyakitkan bahwa penyumbang terbesar kehancuran itu adalah dari para aktivis dakwah sendiri. Tak jarang waktu - waktu kegiatan yang kita agendakan harus mundur setengah sampai satu jam lantaran belum ada yang nongol, sampai-sampai panitia sekalipun. Naudzubillah. Entah virus apa yang tengah menghinggapi setiap benak ikhwah aktivis kita kali ini.

Tak bisa mengharap kemenangan ...
Bagaimana malunya kita kepada Allah untuk menengadahkan tangan memohon kemenangan sementara komitmen kita terhadap dakwah ini sedemikian lemah. Tidakkah kita merasa malu atas apa yang kita pinta...????

Komitmen yang melemah ...
Sampai kapan.....?????????????

Selengkapnya....

Tingkatkan Taat di 10 Awal Dzulhijjah

Tak terasa, kita sekarang sudah memasuki bulan mulia, bulan di dalamnya ada lebaran haji dan kurban, yaitu bulan Dzulhijjah.

Dan sepuluh hari di awal bulan ini adalah merupakan jenak - jenak waktu yang sangat berharga bagi siapa saja yang menghendaki rahmat Allah SWT, karena hari - hari ini lebih afdhol dibandingkan hari - hari setahun lainnya secara mutlak.

Allah SWT dalam Al Qur'an telah bersumpah dengan malam - malam sepuluh hari awal bulan ini, hal ini membuktikan bahwa waktu ini sangatlah istimewa, memiliki keutamaan yang besar di sisi Allah swt, adalah hari - hari untuk meningkatkan amal shaleh, dan karena itu mendapatkan apresiasi yang besar dan balasan yanng melimpah dari sisi Allah SWT Allah berfirman:

"Demi fajar. Dan malam yang sepuluh. Dan yang genap dan yang ganjil." QS. Al Fajr:1-3

"Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW : "Puasa hari Asyura, Puasa 1-8 zulhijjah, 3 hari tiap bulan dan dua rakaat sebelum fajar." Imam Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i.
Dari Ibni Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amal yang lebih dicintai Allah dari hari ini, (yaitu 10 hari bulan Zulhijjah).” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah SAW dibandingkan dengan jihad fi sabilillah?” “Meskipun dibandingkan dengan jihad fi sabililllah.” Riwayat Jamaah kecuali Muslim dan Nasa’i.

Pada hari-hari ini ada momentum yang sangat berharga, yaitu hari Arafah, siapa yang melaksanakan shaum sunnah pada waktu tersebut, maka dosanya akan diampuni satu tahun yang telah lewat dan satu tahun yang akan datang.

“Rasulullah SAW ditanya tentang shaum hari Arafah, beliau menjawab: “Shaum Arafah menghapus dosa satu tahun yang telah lewat dan satu tahun yang akan datang.” Imam Muslim dalam sahihnya.

Hari-hari ini merupakan puncak prosesi ibadah haji, waktu-waktu mahal bagi seseorang yang melaksanakan ibadah ke tanah suci. Rasulullah SAW :
“Haji mabrur tiada balasan baginya kecuali surga. Dan dua umrah atau antara umrah satu dengan umrah berikutnya, menghapus kesalahan antara keduanya.” Imam Ahmad dalam musnadnya.

Di antara hari-hari inilah ada yang disebut dengan “Al Hajjul Akbar”, yaitu hari penyembelihan, penyembelihan hewan kurban yang hukumnya sunnah mu’akkadah, sunnah yanng sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw. dilaksanakan setelah shalat Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah dan dilanjutkan pada hari ketiga berikutnya, 11,12, dan 13 Dzulhijjah, yang dikenal dengan “ayyamun nahr” (hari - hari penyembelihan).

“Barangsiapa memiliki kelapangan riski, namun tidak menyembelih hewan kurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” Imam Ahmad dan Ibnu Majah.

Allahu a’lam

Selengkapnya....

Jangan Banyak Bicara

Lidah secara fisik hanya pendek dan lunak. Bahkan sudah "dipenjarakan" di dalam mulut dan dibatasi oleh barisan gigi yang kokoh dan kuat. Namun begitu, masih saja lidah ini sewaktu-waktu menjadi bahaya laten. Ternyata dia bisa lebih panjang dari jalanan yang ada. Statemen yang keluar diterbangkan ke mana-mana. Terkadang masih terus diabadikan, bahkan ketika pemilik lidah itu tiada. Ketajamannya juga bisa melebihi mata pisau. Karena lidah, korban bisa berjatuhan. Meninggalkan luka berkepanjangan. Bahkan melahirkan pendendam dan orang-orang yang sakit hati. Lidah juga bisa lebih berbisa dari ular yang lebih berbisa sekalipun.

Betapa banyak orang tidak menyadari, alangkah banyak dosa yang telah dikoleksi melalui lisannya. Lebih dari itu, tak jarang kehancuran seseorang terjadi karena kurang hati-hatinya dalam menyusun kata-kata di atas lidahnya, karena terlalu banyak bicara akan mengakibatkan kemampuan otak menurun, membuatnya lemah, sehingga kata-katanya keluar begitu saja tanpa kontrol dari si pembicaranya. Padahal, ucapan apa pun yang kita ucapkan, baik yang diucapkannya itu baik ataupun busuk, semuanya tercatat, semuanya terekam oleh malaikat pencatat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Allah SWT dalam beberapa firmanNya :

"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf (50) : 18).

Dan di dalam surat yang lain Allah SWT berfirman, "Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Infithar (82) : 10-12).

"Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepada kalian dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang kalian telah kerjakan." (QS. Al-Jatsiyah (45) : 29).

Dari ayat-ayat di atas, kita akan sadar dan mengerti bahwa kalau kita banyak bicara untuk hal yang tidak berguna, maka akan menjerumuskan kita sendiri ke dalam dosa yang amat besar yang semuanya tercatat dalam buku catatan malaikat yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk mencatat apa-apa yang kita ucapkan dan kita kerjakan. Maka alangkah baiknya kalau kita menyadari hal tersebut dan menjaga apa-apa yang kita ucapkan sebaik mungkin, sehingga apa-apa yang keluar dari lisan kita adalah kata-kata yang baik dan bermanfaat.

Dan alangkah baik sekali kalau kita memperhatikan atau belajar dari Rasulullah SAW. Bagaimana Rasulullah SAW dalam berbicara. Untuk itu, coba kita perhatikan ucapan Anas RA, yang berbicara mengenai Rasulullah SAW. Anas RA berkata bahwa, "Tidaklah aku menyentuh sutera yang lebih halus daripada telapak tangan Rasulullah SAW dan juga tidak pernah mencium bau yang lebih wangi daripada bau Rasulullah SAW. Sungguh aku telah melayani Rasulullah SAW selama sepuluh tahun. Beliau sama sekali tidak pernah berkata kepadaku 'hus', juga tidak pernah menanyakan sesuatu yang telah kulakukan, 'Kenapa kamu melakukannnya?' dan juga tidak pernah mengucapkan kepada apa yang tidak kulakukan, 'Tidakkah kamu melakukan hal ini.'." (HR. Mutafaq 'Alaih).

Betapa indah ucapan tersebut, yaitu ucapan seorang Nabi SAW. Beliau tidak pernah berkata melainkan sesuatu yang baik. Coba lihat mulut kita ini beserta kesalahan yang diperbuatnya. Barangkali kita mengucapkan kata "hus" yang telah dijauhi oleh Rasulullah SAW. Sungguh kita tidak bisa hidup tanpanya, sebuah kalimat yang diucapkan tanpa dosa. Kemudian perkataan, "Tidaklah kamu melakukan hal ini?" Itu adalah kalimat yang sangat ringan di mulut, yang sudah biasa diucapkan banyak orang dan tidak pernah ditinggalkannya.

Maka, lihatlah keadaan kita ini agar kita bisa memperbaikinya, dan perhatikanlah mulut kita ini untuk mematuhi tata krama. Ketahuilah bahwasannya Rasulullah SAW adalah figur yang banyak diam sebagaimana sabda beliau berikut ini,
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ia harus mengatakan yang baik atau (lebih baik) diam." (HR. Bukhari dan Muslim).

Setelah penjelasan ini, apakah kita akan menjadi orang yang banyak bicara? Apakah kita ingin catatan buku kita di hari akhirat penuh dengan isu dan kesia-siaan? Apakah kita ingin catatan buku kita menjadi hitam dengan catatan gunjingan dan cacian terhadap orang lain? Banyak bicara akan menyebabkan kita kesulitan dalam menghadapi hari penghitungan. Banyak bicara menghilangkan wibawa. Banyak bicara akan menghilangkan ketenangan dan ketentraman. Banyak bicara membuat orang tidak mampu mengingat apa yang mereka dengar. Mereka hanya ingat sebagian dan lupa sebagian.

Oleh karena itulah, ucapan-ucapan Rasulullah SAW sangat ringkas dan padat. Ketika Rasulullah berkata-kata, jika ada orang yang hendak menghitung kata-katanya, pasti dia dapat menghitungnya. Maka, sekali lagi camkanlah sabda beliau ini, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ia harus mengatakan yang baik atau (lebih baik) diam."

Wallahu a'lam.

Selengkapnya....

Rahasia Dibalik Waktu Shalat

Apabila filosofi waktu shalat itu bisa kita maknai dan kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, insya Allah kita akan menjadi orang yang terpelihara dari keburukan, dan akan sukses dalam kehidupan.

Hal yang menyebabkan shalat belum banyak membawa pengaruh adalah karena spirit of shalat belum diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus melakukan suatu perenungan dan penerjemahan ulang dari makna shalat itu sendiri. Mengapa shalat fardhu dilaksanakan lima kali dan dalam pos waktu yang berbeda?


Shalat Shubuh yang dikerjakan sekitar jam setengah lima pagi, mengandung indikasi bahwa kita harus memulai aktivitas sepagi mungkin dan tidak boleh bermalas-malasan. Setiap shalat selalu pula diawali ucapan takbir. Itu pun mengandung indikasi bahwa kita harus membuka hari dengan takbir. Jangan ada kata-kata lain yang diucapkan sebelum takbir. Dengan dibukanya hari kita dengan Allahu Akbar, insya Allah hari kita menjadi berkah. Nilai filosofis shalat Shubuh sangat berkaitan erat dengan dunia kerja. Dengan shalat Shubuh, kita harus ke pasar sepagi mungkin, ke kantor tidak akan terlambat, dan ke jalan tidak akan terlalu macet. Ini mengandung arti pula bahwa kita harus menjadi yang terdepan dan yang pertama; we have to be the first.


Kedua adalah shalat Dzuhur. Waktu shalat Dzuhur merupakan waktu puncak dalam beraktivitas. Melalui shalat Dzuhur kita diingatkan kembali kepada Allah yang membagikan rezeki. Hikmah shalat Dzuhur di tengah pasar adalah Allah akan menggerakan hati manusia untuk menjatuhkan pilihannya kepada kita yang berjualan.


Memasuki sore hari, kita berjumpa dengan shalat Ashar. Pada saat inilah kita mulai menghitung untung rugi, dan kadangkala hati kita mulai bimbang, konsentrasi hilang, dan rasa lelah mulai menyerang. Di sinilah kita harus kembali membesarkan Allah lewat shalat Ashar. Hikmahnya dalam mengevaluasi hasil, kita harus selalu ingat pada Allah. Kalau untung kita harus bersyukur, dan kalau rugi kita sabar. Harus diingat pula kita harus menghitung, apakah ada hak orang lain yang terambil.


Berikutnya adalah shalat Maghrib. Dalam shalat Maghrib terdapat pengejawantahan nilai sosial dari shalat, yaitu kita harus konsen kepada keluarga. Shalat Maghrib berjamaah itu sangat baik untuk mendekatkan hubungan kita dengan keluarga.


Yang kelima adalah shalat Isya, sebagai shalat terakhir menjelang kita tidur. Di sini kita harus membesarkan dan mengagungkan Allah Swt. Hikmahnya we must closing our day with Allahu Akbar. Kita harus membuka dan menutup hari dengan kalimat takbir.

Apabila semua itu bisa kita maknai dan kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, insya Allah kita akan menjadi orang yang terpelihara dari keburukan, dan akan sukses dalam kehidupan.

Selengkapnya....

Hubungan Shalat Shubuh dengan Kesehatan

Setiap pagi kalau kita tinggal di dekat mesjid maka akan terbangun mendengar adzan shubuh, yang menyuruh kita untuk melaksanakan shalat shubuh. Bagi mereka yang beriman segera saja melemparkan selimut dan segera wudhu dan shalat baik di rumah masing-masing atau ke mushalla atau masjid terdekat dengan berjalan kaki.

Mungkin menjadi pertanyaan mengapa Allah memerintahkan kita bangun pagi dan shalat shubuh? Berbagai jawaban dari semua disiplin ilmu tentunya akan banyak dijumpai dan membedah serta memberikan jawaban akan manfaat shalat shubuh itu. Dibawah akan diulas sedikit mengenai manfaat shalat shubuh, instruksi Allah sejak 1400 tahun yang lalu.

Dalam adzan shubuh juga akan terdengar kalimat lain dibandingkan dengan kalimat-kalimat yang dikumandangkan muadzin untuk waktu-waktu shalat selanjutnya. Kalimat yang terdengar berbeda dan tidak ada pada adzan di lain waktu adalah "Ash Shalatu Khairun Minan Naum".

Arti kalimat itu adalah shalat itu lebih baik dari pada tidur. Pernahkah kita mencoba sedikit saja menghayati kalimat "Ash Shalatu Khairun Minan Naum"? Mengapa kalimat itu justru dikumandangkan hanya pada shalat shubuh, tatkala kita semua sedang terlelap, dan bukan pada adzan untuk shalat lain.

Sangat mudah bagi kita semua mengatakan bahwa shalat shubuh memang baik karena menuruti perintah Allah SWT, Tuhan semesta Alam. Apapun perintahnya pasti bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tetapi disisi mana manfaat itu? Apa supaya waktu banyak untuk mencari rezeki, tidak ketinggalan kereta atau bus karena macet? Pada waktu dulu kan belum ada desak-desakan seperti sekarang semua masih lancar, untuk itu tinjauan dari sisi kesehatan kardiovaskular masih menarik untuk dicermati.

Untuk tidak berpanjang kata, maka dikemukakan data bahwa shalat shubuh bermanfaat karena dapat mengurangi kecenderungan terjadinya gangguan kardiovaskular.

Pada studi MILIS, studi GISSI 2 dan studi-studi lain di luar negeri, yang dipercaya sebagai suatu penelitian yang shahih maka dikatakan puncak terjadinya serangan jantung sebagian besar dimulai pada jam 6 pagi sampai jam 12 siang. Mengapa demikian? Karena pada saat itu sudah terjadi perubahan pada sistem tubuh dimana terjadi kenaikan tegangan saraf simpatis (istilah Cina : Yang) dan penurunan tegangan saraf parasimpatis (YIN). Tegangan simpatis yang meningkat akan menyebabkan kita siap tempur, tekanan darah akan meningkat, denyutan jantung lebih kuat dan sebagainya.

Pada tegangan saraf simpatis yang meningkat maka terjadi penurunan tekanan darah, denyut jantung kurang kuat dan ritmenya melambat. Terjadi peningkatan aliran darah ke perut untuk menggiling makanan dan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga kita merasa mengantuk, pokoknya yang cenderung kepada keadaan istirahat.

Pada pergantian waktu pagi buta (mulai pukul 3 dini hari) sampai siang itulah secara diam-diam tekanan darah berangsur naik, terjadi peningkatan adrenalin yang berefek meningkatkan tekanan darah dan penyempitan pembuluh darah (efek vasokontriksi) dan meningkatkan sifat agregasi trombosit (sifat saling menempel satu sama lain pada sel trombosit agar darah membeku) walaupun kita tertidur. Aneh bukan? Hal ini terjadi pada semua manusia, setiap hari termasuk anda dan saya maupun bayi anda. Hal seperti ini disebut sebagai ritme Circardian/Ritme sehari-hari, yang secara kodrati diberikan Allah kepada manusia. Kenapa begitu dan apa keuntungannya Allah yang berkuasa menerangkannya saat ini?

Namun apa kaitannya keterangan di atas dengan kalimat "Ash Shalatu Khairun Minan Naum"? Shalat shubuh lebih baik dari tidur?

Secara tidak langsung hal ini dapat dirunut melalui penelitian Furgot dan Zawadsky yang pada tahun 1980 dalam penelitiannya mengeluarkan sekelompok sel dinding arteri sebelah dalam pada pembuluh darah yang sedang diseledikinya (dikerok).

Pembuluh darah yang normal yang tidak dibuang sel-sel yang melapisi dinding bagian dalamnya akan melebar bila ditetesi suatu zat kimia yaitu : Asetilkolin. Pada penelitian ini terjadi keanehan, dengan dikeluarkannya sel-sel dari dinding sebelah dalam pembuluh darah itu, maka pembuluh tadi tidak melebar kalau ditetesi asetilkolin.

Penemuan ini tentu saja menimbulkan kegemparan dalam dunia kedokteran. "Jadi itu toh yang menentukan melebar atau menyempitnya pembuluh darah, sesuatu penemuan baru yang sudah sekian lama, sekian puluh tahun diteliti tapi tidak ketemu."

Penelitian itu segera diikuti penelitian yang lain diseluruh dunia untuk mengetahui zat apa yang ada didalam sel bagian dalam pembuluh darah yang mampu mengembangkan/melebarkan pembuluh itu. Dari sekian ribu penelitian maka zat tadi ditemukan oleh Ignarro serta Murad dan disebut NO/Nitrik Oksida.

Ketiga penelitian itu Furchgott dan Ignarro serta Murad mendapat hadiah NOBEL tahun 1998.

Zat NO selalu diproduksi, dalam keadaan istirahat tidur pun selalu diproduksi, namun produksi dapat ditingkatkan oleh obat golongan Nifedipin dan nitrat dan lain-lain tetapi juga dapat ditingkatkan dengan bergerak, dengan olahraga.

Efek Nitrik oksida yang lain adalah mencegah kecenderungan membekunya darah dengan cara mengurangi sifat agregasi/sifat menempel satu sama lain dari trombosit pada darah kita.

Jadi kalau kita kita bangun tidur pada pagi buta dan bergerak, tatkala tamu yang tidak kita inginkan selalu saja sowan pada setiap pagi gelap, maka hal itu akan memberikan pengaruh baik pada pencegahan gangguan kardiovaskular. Naiknya kadar NO dalam darah karena exercise yaitu wudhu dan shalat sunnah dan wajib, apalagi bila disertai berjalan ke mesjid merupakan proteksi bagi pencegahan kejadian kardiovaskular.

Selain itu patut dicatat bahwa pada posisi rukuk dan sujud terjadi proses mengejan, posisi ini meningkatkan tonus parasimpatis (yang melawan efek tonus simpatis). Dengan exercise tubuh memproduksi NO untuk melawan peningkatan kadar zat adrenalin di atas yang berefek menyempitkan pembuluh darah dan membuat sel trombosit darah kita jadi bertambah liar dan inginnya rangkulan terus.

Demikianlah kekuasaan Allah, ciptaannya selalu dalam berpasang-pasangan, siang-malam, panas-dingin, dan NO-Kontra anti NO. Allah, sudah sejak awal Islam datang menyerukan shalat shubuh. Hanya saja Allah tidak secara jelas menyatakan manfaat akan hal ini karena tingkat ilmu pengetahuan manusia belum sampai dan masih harus mencarinya sendiri walaupun harus melalui rentang waktu ribuan tahun. Petunjuk bagi kemaslahatan umat adalah tanda kasihNya pada hambaNya. Bukti manfaat instruksi Allah baru datang 1400 tahun kemudian. Allahu Akbar.

Selengkapnya....

Tanda Tanda Saat Kematian

“Bagaimana kamu kufur (ingkar) dengan Allah dan adalah kamu itu mati maka kamu dihidupkan, kemudian kamu dimatikan kemudian kamu dihidupkan kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan” (Surah Al-Baqarah : Ayat 28)

Rasulullah SAW diriwayatkan masih mampu memperlihat dan menceritakan kepada keluarga dan sahabat secara lansung akan kesukaran menghadapi sakaratul maut dari awal hinggalah akhirnya hayat Baginda.

Imam Ghazali rahimahullah diriwayatkan memperolehi tanda-tanda ini sehingga beliau mampu menyediakan dirinya untuk menghadapi sakaratul maut secara sendirian. Beliau menyediakan dirinya dengan segala persiapan termasuk mandinya, wudhunya serta kafannya sekali cuma ketika sampai bagian tubuh dan kepala saja beliau telah memanggil abangnya yaitu Imam Ahmad Ibnu Hambal untuk menyambung tugas tersebut. Beliau wafat ketika Imam Ahmad bersedia untuk mengkafankan bagian mukanya.

Adapun riwayat-riwayat ini memperlihatkan kepada kita sesungguhnya Allah SWT tidak pernah berlaku zalim kepada hambanya. Tanda-tanda yang diberikan adalah untuk menjadikan kita umat Islam supaya dapat bertaubat dan bersedia dalam perjalanan menghadap Allah SWT. Walau bagaimanapun semua tanda-tanda ini akan berlaku kepada orang-orang Islam saja manakala orang-orang kafir yaitu orang yang menyekutukan Allah nyawa mereka ini akan terus di rentap tanpa sembarang peringatan sesuai dengan kekufuran mereka kepada Allah SWT.

Adapun tanda-tanda ini terbagi kepada beberapa keadaan:

Tanda 100 hari sebelum hari mati

Ini adalah tanda pertama dari Allah SWT kepada hambanya dan hanya akan disadari oleh mereka-mereka yang dikehendakinya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini cuma mereka sadar atau tidak. Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Ashar. Seluruh tubuh yaitu dari ujung rambut hingga ke ujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan mengigil.

Contohnya seperti daging lembu yang baru disembelih dimana jika diperhatikan dengan teliti kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar. Bagi mereka yang sadar akan berdetik di hati bahwa mungkin ini adalah tanda mati maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah kita sedar akan kehadiran tanda ini.

Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan tanpa memikirkan soal kematian, tanda ini akan lenyap begitu saja tanpa manfaat. Bagi yang sadar dengan kehadiran tanda ini maka ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan urusan yang akan dibawa atau ditinggalkan sesudah mati.

Tanda 40 hari sebelum hari mati

Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Ashar. Bagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Ketika itu daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arsh Allah SWT. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mulai membuat persediaannya ke atas kita antaranya ialah ia akan mula mengikuti kita sepanjang masa.

Akan terjadi malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih ini akan merasakan seakan-akan bingung seketika. Adapun malaikat maut ini wujudnya cuma seorang tetapi kuasanya untuk mencabut nyawa adalah bersamaan dengan jumlah nyawa yang akan dicabutnya.

Tanda 7 hari

Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba-tiba berselera untuk makan.

Tanda 3 hari

Pada ketika ini akan terasa denyutan di bagian tengah dahi kita yaitu diantara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat dikesan maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti.

Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dikesan jika kita melihatnya dari bagian sisi. Telinganya akan layu dimana bagian ujungnya akan beransur-ansur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.

Tanda 1 hari

Akan berlaku sesudah waktu Ashar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang yaitu di kawasan ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Ashar keesokan harinya.

Tanda Akhir

Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bagian pusat dan akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada Allah SWT yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula. Seelok-eloknya bila sudah merasa tanda yang akhir sekali, mengucap dalam keadaan qiam and jangan lagi bercakap-cakap.


Sesungguhnya marilah kita bertaqwa dan berdoa kepada Allah SWT semoga kita adalah di antara orang-orang yang yang dipilih oleh Allah SWT yang akan diberi kesadaran untuk peka terhadap tanda-tanda mati ini semoga kita dapat membuat persiapan terakhir dalam usaha memohon keampunan dari Allah SWT maupun dari manusia sendiri dari segala dosa dan urusan hutang piutang kita.

Walau bagaimanapun sesuai dengan sifat Allah SWT yang Maha Berkuasa lagi Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani maka diriwatkan bahwa tarikh mati seseorang manusia itu masih boleh diubah dengan amalan doa yaitu doa dari kita sendiri ataupun doa dari orang lain. Namun itu semua adalah ketentuan Allah SWT semata-mata.

Oleh itu marilah kita bersama-sama berusaha dan berdoa semoga kita diberi hidayah dan petunjuk oleh Allah SWT serta kelapangan masa dan kesehatan tubuh badan dan juga fikiran dalam usaha kita untuk mencari keridhaan Allah SWT di dunia mah pun akhirat.

Selengkapnya....

Dunia Da'i & Da'i Dunia

Berikut taujihat dari BPK DPW PKS DKI Jakarta

Dunia da’i bukan semata dunia retorika dan permainan kata, tapi dunia pergerakan yang penuh dinamika dan gelora, membawa misi besar gemuruh perubahan yang penuh dengan tantangan dan halangan. Dunia da’i adalah dunia besar tidak hanya merubah wajah pribadi tapi wajah umat manusia, dan bahkan wajah dunia. Tidak melulu bicara tentang agama tetapi bicara tentang semua persoalan hingga menghadirkan peradaban baru yang menakjubkan. Tidak hanya berskala lokal tapi juga internasional, tidak hanya bicara dengan wilayah dunia saja tapi juga bicara dengan wilayah akhirat.

Dunia da’i adalah dunia luas menembus waktu serta melintasi jarak dan zaman yang teramat panjang.Kalau pekerjaan dunia menuntut kerja profesional, maka kerja da’wah yang janji kebaikannya tiada hitungan, tentunya menuntut kerja profesional yang lebih. Jika menyembelih persoalan sepele, kita diminta profesional ”…maka jika kalian menyembelih, sembelih dengan profesional” maka da’wah yang wilayah garapannya dunia dan akhirat tentunya kita diminta profesional pula.

Profesionalisme da’wah dalam kerja duniawi adalah bagaimana kita berupaya menyiapkan segala perbekalan secara optimal baik keilmuan yang terkait dengan ilmu-ilmu kejiwaan, profesional dalam penyajian, penggunaan fasilitas dan media guna optimalnya penyampaian nilai pada objek dakwah. Profesional secara ukhrowi bagaimana kita berusaha membersihkan niat agar selalu mencari ridho Allah swt, hingga pengorbanan dan perjuangan menjadi nikmat yang tak tertandingkan, menyelaraskan kata dan perbuatan sehingga cahaya alhaq mampu menembus kegelapan hati yang paling dalam. Da’wah profesional da’wah yang layak mendapat pertolongan dan kemenangan.

Da’i profesional memahami betul dunianya, dunia da’i difahaminya sebagai dunia perjuangan dan pengorbanan, dunia memberi bukan meminta, dunia panjang tanpa batas dan dunia terjal dipenuhi berbagai makar, namun da’i profesional memahami betul bahwa pengorbanannya di jalan da’wah tak kan pernah hilang tanpa hitungan,. Hanya da’i profesional yang mampu memahami da’wah, sementara mereka yang ingin hidup dari da’wah tak kan pernah merasakan manisnya da’wah dan perjuangan, meskipun memiliki dunia dari hasil dakwahnya.

Da’i profesional tak pernah mengeluh karena beratnya beban, tak pernah sedih karena sedikitnya hadirin dan sepinya sanjungan, tak pernah kecewa karena tak ada sambutan dan hidangan, tak akan pernah putus asa karena lama dan panjangnya perjuangan. Bekerja dan bekerja, begitulah semboyannya, ditelusurinya jalan-jalan perkampungan di tengah terik mentari dan guyuran hujan menyeru dan memanggil umat agar kembali kepada kebenaran, tidak pernah menampakkan wajah kelelahan, dan tampilan kesedihan.

Da’i profesional ke ujung gunungpun dia datang memenuhi undangan meski tanpa jemputan, mereka rela begadang membuat proyek-proyek besar penyelamatan, di tengah lelapnya masyarakat dalan keterlenaan.

Da’i profesional rela mengorbankan apa yang dimiliki demi kebaikan umat dan lingkungan. Semakin panjang jalan yang ditempuh, semakin nikmat dirasa, semakin berat medan yang dihadapi semakin membuat dirinya tertantang semakin besar pengorbanan yang diberi semakin membahagiakan, meski dalam perjalanannya membutuhkan biaya, dia tidak pernah menampakkan wajah dan belas kasihan kepad aumat, bahkan ketika diberi, dia mampu berkata, “Sesunguhnya aku tidak meminta upah kepada kalian , upahku hanya dari Allahswt”. Senandung bahagia selalu terlantun dari lisannya ketika kelalaiana dunia mengekangnya itu berucap: “Kami da’i sebelum segala seustau”. Ketika kelelahan dirasa dia berucap: “Kami sekelompok kaum yang bernikmat-nikmat dengan kelelahan dakwah. Ketika kekuasaan berda’wah dirasa dia berucap, “Tak kan mulia suatu kaum yang meninggalkan da’wah dan memburu dunia.

Meski secara ekonomi pas-pasan bahkan sering mengalami kekurangam, namun dia berani berkata lantang: “Kapan orang-orang seperti kita, bukan kapan kita seperti orang-orang”. Izzah da’i profesional tidak memudar meski uang tiada, rumah ngontrak, pakaian sederhana, makan seadanya, dan berjalan beralaskan sandal yang tak lagi layak guna. Bahkan di tengah ketiadaannya dia mampu memberi, karena dia faham siapa yang menghidupi dakwah, dia akan mulia dan siapa yang jidup dari da’wah akan hina. Ketika dia tidak mampu memberi maka cucuran air mata kesedihan tak terbendung, ada rasa tertinggal memenuhi panggilan kebaikan. Sebagian orang menicbir dan menganggapnya aneh, mencela, memfitnah, menintimidasi, menyiksa bahkan emngusir dan membunuh, namun dia tak pernah peduli,m da’i profesionalmemahami itulah jalan suci. Jalan yang dirintis para nabi.

Perjuangan panjang yang diawali keikhlasan, disemai kesabaran disirami keistiqomahan, dipupuk pengorbanan dan dirawat dengan do’a dan munajat akhirnya berbuah harapan. Perlahan tapi pasti, pohon da’wah nan indah menampakkan cikal bakalnya, bermula dari kalangan margginak, kemudian kalangan pemudan pelaja satu-persatu di anatra mereka sadar dari keterbuaiana. Mereka yang sadar merasagelisah ketika berdiam diri melihat keterpurukan, mereka bahu membahu memperkuat barisan, mengajak dan menyeru semua kalangan untuk memperkuat perjuangan. Kini pohon da’wah semakin besar, para tetua sesepuh dan tokoh ingin turut serta di dalamnya, sambutan kemenangan tidak hanya di kota, bahkan di d daerah dan pelosok pedesaan, da’wah memperlihatkan wajah segarnya.

Sang da’i kini mulai dikenal, bahkan menjadi terkenal, dirinya kini dijadikan pusat rujukan dan konsultasi, saran dan pendapatnya didengar, fatwanya dipatuhi, putusannya dituruti, belum afdhol rasanya jika sebuah kebijakan tidak melibatkan kesertaannya. Semua orang menaruh hormat, terkesima khalayak dibuatnya ketika mendengar taujihatnya, bahkan tanpa terasa terkadang air mata mengucur deras demi mendengar sentuhan wasiat sang adi. Jamaahnya kian hari kian besar, sanjungan dan pujian tak pernah putus terlontar meski sang da’i tidak meminta, sang da’i kini dijemput dan diberi uang sangu sebagai tanda hormat sang murid kepada guru. Sang da’i menolak tapi karena ”dipaksa” diapun tak mampu mengelak, hari-hari sang da’i kini dihujani sanjungan, pujian, dan fasilitas keduniaan. Pengaruh sang da’i kini menguasai publik, semua kalangan meletakkan kepercayaan kepadanya, agar sang da’i membawa misi perubahan, tidak hanya rakyat jelata yang menaruh harap, bahkan sebagian birokrat dan pejabat kini mulai mendekat, bermodalkan dukungan kini sang da’i jadi pejabat.

Dunia yang dahulu telah menaklukkan qorun, membuat ahlu badar khilaf dan ahlu uhud tercerai berai tak kan pernah membiarkan seorang pejuang untuk lepas dari jebakan pesonanya. Akankah sang da’i tetap menjadi da’i profesional atau menjadi da’i dunia, tetapi menjadi da’i profesional atau menjadi da’i dunia, waktu yang akan membuktikannya, apakah dia menjadi pejuang aqidah atau pejuang kepentingan. Dunia dahulu dan dunia kini masih digdayanya untuk mengecoh dan mengelabui pewaris nabi, akankah sang da’i mampu belajar dari pengalaman atau tidak. Namun sebagian dari kita sering belajar dari pengalaman, bahwa kita tidak belajar dari pengalaman. Anda’i kemenangan menjadikan sang da’i lebih dekat kepada sang Kholiq, lebih bersyukur dan menambah ketawadhu’an, serta menjadikan para kader pendukungnya ridho dan masyarakat semakin dekat dengan Allah swt maka ketahuilah sang da’i memang profesional, akan tetapi jika yang terjadi sebaliknya, maka sang da’i kini telah menjadi da’i dunia.

Na’udzubillah..

Selengkapnya....
Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan. Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini, selain rasa cinta yang telah mengharu-biru hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami. Sungguh, kami berbuat di jalan Allah SWT untuk kemaslahatan seluruh manusia, lebih banyak dari apa yang kami lakukan untuk kepentingan diri kami. Kami adalah milik kalian wahai saudara-saudara tercinta. Sesaat kami tak akan pernah menjadi musuh kalian. [Hasan Al-Banna]




Hidup mengajari kita tentang makna bersyukur di fajar hari, juga tentang kerja keras di terik siang, tersenyum saat senja menjelang, serta merasa damai ketika terlelap dalam malam. DIA tahu lelahnya ragamu hari ini, DIA juga tahu berkurangnya jatah bersantai yang harus kau nikmati. DIA sangat tahu, bahkan lebih dari yang kau tahu, tapi kau harus tetap tersenyum, karena ternyata senyummu telah terbalas oleh-Nya.




Jangan memandang sebelah mata mereka yang saat ini terlarut dalam lalai, karena kita tak pernah tahu, esok atau lusa justru mereka lebih mulia di antara kita. Jangan berhenti berdoa dan saling mengingatan. Jangan pernah pandang sebelah mata mereka yang terbatas ilmunya, karena kita tak pernah tahu, justru merekalah yg paling banyak amalnya diantara kita. Sesungguhnya ilmu tanpa amal bagai petir yang tak menghasilkan hujan. Jangan berhenti untuk belajar dan beramal. Sesungguhnya bukan mata itu yang buta tapi hati yang ada di dalam dada. Selamat melepas pakaian kesombonganmu. Selamat mencintai siapa pun karena Allah.




Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan saudara tanpa harga. Alangkah nikmatnya tautan hati yang terjalin nyaris tanpa kusut, mengalir sempurna ibarat air dari ketinggian, tak peduli panas atau hujan. Walau ia bukan sosok yang sempurna tapi ia akan tetap mengalun sesuai melodinya. Tanpa cela, tanpa noda, tulus dengan ketulusannya serta indah dengan segala keindahannya. Semoga ukhuwah ini tetap terjaga sampai ke jannah-Nya.




Yaa Rabb, sesungguhnya Engkau yang menggerakkan hati mereka untuk mencintaiku, maka kuatkan dan tetapkanlah hatiku agar tak lalai akan cinta-Mu. Yaa Rabb, sesungguhnya Kau yang mengirimkan mereka sebagai pelindungku, maka kuatkan langkahku untuk teguh memegang agama-Mu. Yaa Rabb sesungguhnya Kau yang memberikan waktu untukku, maka ingatkanlah aku bahwa kematian akan datang menemuiku kapan saja. Yaa Rabb, jika malam ini napasku berhembus tak kan ku dustakan cinta-Mu, tak kan ku lalaikan amanah dari-Mu dan tak kan ku siakan waktu dari-Mu. Maka ampuni aku yaa Rabb. Dan jika esok Kau masih berkenan kembali membangunkanku, tolong tegur aku untuk tetap teguh berjuang hanya untuk-Mu.
100 Blog Indonesia Terbaik

Arrahmah.Com

Award Pertama

Isi ini yaa..!!!


ShoutMix chat widget